7 Tokoh Pertapa Legendaris yang Menghilang di Gunung

7 Tokoh Pertapa Legendaris yang Menghilang di Gunung

  • Penulis 7semua
  • 2 Desember 2025
  • 8 menit

7semua - Gunung dalam spiritualitas Nusantara bukan sekadar tumpukan batu yang menjulang; ia adalah tempat menyepi, belajar, dan menghilangnya para pertapa.

Di banyak cerita, ada tokoh-tokoh yang naik ke gunung — tidak untuk wisata, tetapi untuk menyatu dengan keheningan.
Sebagian diberi gelar wali, resi, atau eyang; sebagian lain hanya dikenal lewat bisik-bisik pendaki malam.

Mari kita kenali 7 tokoh pertapa legendaris yang dikisahkan menghilang di gunung, bukan sebagai pelarian, tetapi sebagai puncak perjalanan spiritualnya.

1. Prabu Brawijaya V – Sang Raja yang Memilih Sunyi

Raja terakhir Majapahit ini dalam banyak versi legenda dikisahkan tidak wafat di istana, melainkan mengasingkan diri ke Gunung Lawu.
Di sana, ia melepas mahkota, melepas nama, dan menjelma menjadi sosok pertapa yang dikenal sebagai Eyang Lawu.
Ia menghilang, bukan lari — tetapi kembali menjadi manusia biasa di hadapan alam.

2. Sunan Lawu (Eyang Resi Lawu)

Di kalangan peziarah gunung, nama ini sangat akrab.
Sunan Lawu digambarkan sebagai resiningsun (resinya para resi) yang:

  • menjaga keseimbangan energi Gunung Lawu,

  • menguji niat para pendaki,

  • dan sesekali “menampakkan diri” dalam bentuk petunjuk halus: kejadian aneh yang menyelamatkan.

Ia adalah simbol:

“Siapa yang datang ke gunung dengan hati bersih, akan pulang dengan sesuatu yang tak bisa dijelaskan kata.”

3. Ki Ageng Selo – Penangkap Petir yang Menyepi

Ki Ageng Selo dikenal bisa menangkap petir dengan tangan kosong.
Dalam beberapa versi cerita, setelah usianya menua, ia memilih menyepi di pegunungan dan menghilang begitu saja.
Kepergiannya tak disaksikan, kuburnya tak jelas — seolah alam memanggilnya pulang tanpa formalitas.

4. Dewi Anjani – Sang Penjaga Rinjani

Dalam legenda Lombok, Dewi Anjani adalah putri yang kemudian memilih bersemayam di Gunung Rinjani.
Ia bukan sekadar sosok gaib, tapi pertapa yang meninggalkan dunia manusia dan menjadikan puncak gunung sebagai kerajaannya.
Bagi banyak orang Sasak, ia adalah simbol kesucian dan penjaga niat para pendaki.

5. Para Pertapa Anonim di Puncak-Puncak Jawa

Di banyak gunung: Merapi, Sindoro, Sumbing, Slamet, Semeru, selalu ada cerita tentang:

  • pertapa tua bersarung,

  • sosok halus berjubah,

  • atau “kakek yang memberi arah lalu hilang.”

Mereka jarang punya nama. Justru anonimitas mereka yang membuat energi kisahnya kuat.
Merekalah simbol bahwa tidak semua laku spiritual butuh panggung.

6. Resi-Resi Penjaga Hutan di Bali dan Nusa Tenggara

Di beberapa pura di pegunungan, ada kisah tentang resinya para resi:
tokoh yang dulu hidup di lereng gunung, lalu “menghilang” saat mencapai tingkat laku tertentu.
Mereka dipercaya masih:

  • menjaga jalur-jalur tertentu,

  • hadir dalam upacara besar,

  • dan menuntun orang yang datang dengan hati tulus.

7. Pertapa tanpa Nama – Cermin Kita Sendiri

Dalam banyak cerita rakyat, sering muncul tokoh seperti:
“seorang pertapa di gunung seberang desa…”
yang menolong, mengingatkan, lalu menghilang tanpa jejak.

Tokoh ini bisa dibaca sebagai simbol:

bagian dari diri kita yang ingin menyepi, ingin jujur, ingin diam sebentar dari hiruk-pikuk dunia.

Ia mungkin tidak pernah ada sebagai sosok tunggal, tetapi hidup sebagai gambaran ideal tentang manusia yang damai dengan sunyi.

Penutup

Pertapa-pertapa legendaris yang menghilang di gunung mengajarkan satu hal:
bahwa puncak kehidupan bukan selalu tentang dikenal banyak orang, tapi dikenal sepenuhnya oleh diri sendiri.

Gunung hanya latar; yang sebenarnya didaki adalah keheningan di dalam dada.

👉 Jika suatu hari kamu diberi kesempatan “menghilang sebentar” dari dunia ramai, gunung seperti apa yang ingin kamu datangi — tinggi dan dingin, atau rendah tapi penuh pepohonan sunyi?