7 Kepercayaan Kuno tentang Hujan dan Petir

7 Kepercayaan Kuno tentang Hujan dan Petir

  • Penulis 7semua
  • 5 November 2025
  • 3 menit

7semua - Bagi leluhur Nusantara, hujan dan petir bukan sekadar fenomena alam, tapi tanda dari dunia atas.

Langit dianggap sebagai tempat bersemayamnya para dewa dan roh penjaga bumi. Karena itu, setiap kilat dan guruh mengandung makna spiritual — pesan dari langit kepada manusia.

Mari kita bahas 7 kepercayaan kuno tentang hujan dan petir dari berbagai daerah di Indonesia.

1. Petir sebagai Teguran Dewa Langit

Dalam kepercayaan Jawa, petir disebut “geledek” — suara amarah para dewa ketika manusia melanggar janji atau menyalahi adat.

2. Kilat Pertanda Kelahiran Roh Suci

Masyarakat Sunda percaya, bila kilat muncul tanpa hujan, itu tanda turunnya roh penjaga bumi untuk melindungi wilayah tertentu.

3. Hujan Pertama Sebagai Pembawa Berkah

Hujan pertama setelah kemarau panjang dianggap air suci yang membawa kehidupan. Banyak yang mandi di bawahnya untuk menjemput rezeki baru.

4. Petir di Tengah Laut

Nelayan Bugis percaya petir di laut adalah senjata roh laut melawan roh jahat. Karena itu, mereka berdoa setiap kali badai datang.

5. Hujan di Hari Pernikahan

Di banyak daerah, hujan saat pesta nikah dianggap restu leluhur dan tanda kesuburan rumah tangga.

6. Petir yang Menyambar Pohon Besar

Dalam kepercayaan kuno, pohon besar dihuni roh kuat. Jika disambar petir, itu tanda pergantian penjaga alam — dan pohon itu tak boleh ditebang selama 7 hari.

7. Suara Guruh di Malam Hari

Diyakini sebagai peringatan bagi roh gentayangan. Leluhur percaya, suara guruh malam menandai pembersihan dunia gaib di sekitar manusia.

Bagi nenek moyang kita, langit dan bumi selalu berdialog. Hujan dan petir bukan ancaman, melainkan doa alam yang mengajarkan hormat, keseimbangan, dan kerendahan hati.

Dari tujuh kepercayaan ini, mana yang masih kamu dengar disebut saat hujan turun di kampungmu?