
7 Kepercayaan Kuno Nusantara yang Masih Hidup hingga Kini
7semua - Indonesia bukan hanya dikenal dengan keragaman budaya, tetapi juga dengan warisan kepercayaan kuno yang berakar jauh sebelum hadirnya agama-agama besar. Kepercayaan ini lahir dari interaksi manusia dengan alam, leluhur, dan fenomena gaib yang tidak bisa dijelaskan secara rasional.
Meski zaman sudah modern, banyak dari kepercayaan itu masih bertahan. Ada yang bertransformasi menjadi tradisi, ada yang melebur dengan praktik keagamaan, dan ada pula yang tetap hidup sebagai bagian dari kearifan lokal. Fakta ini menunjukkan bahwa kepercayaan kuno bukan sekadar cerita masa lalu, tetapi juga bagian dari identitas masyarakat Nusantara.
Berikut adalah 7 kepercayaan kuno Nusantara yang masih hidup hingga sekarang.
1. Animisme: Roh dalam Setiap Benda
Salah satu bentuk kepercayaan tertua di Nusantara adalah animisme, keyakinan bahwa setiap benda memiliki roh atau jiwa. Batu, pohon, sungai, hingga gunung dianggap memiliki kekuatan gaib yang bisa memengaruhi kehidupan manusia.
Hingga kini, jejak animisme masih terlihat jelas, misalnya dalam tradisi memberi sesaji di pohon besar, sungai, atau laut. Di Bali, tradisi Tumpek Uduh bahkan menjadi perayaan khusus untuk menghormati tumbuhan sebagai sumber kehidupan.
2. Dinamisme: Kekuatan Gaib dalam Alam
Selain roh, masyarakat kuno percaya pada adanya kekuatan gaib yang tersebar di alam. Kekuatan ini bisa mendatangkan keberuntungan atau malapetaka, tergantung bagaimana manusia berinteraksi dengannya.
Praktik dinamisme masih terlihat dalam kebiasaan membawa jimat, keris pusaka, atau benda sakral lain yang diyakini memiliki energi gaib. Kepercayaan ini juga hidup dalam tradisi slametan di Jawa, yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan energi dalam masyarakat.
3. Pemanggilan Arwah Leluhur
Masyarakat Nusantara sangat menghormati leluhur. Mereka percaya bahwa roh nenek moyang tetap ada dan bisa memberikan perlindungan maupun peringatan.
Tradisi ini masih kuat di berbagai daerah. Misalnya di Toraja, Sulawesi Selatan, ada ritual Rambu Solo’ yang bukan sekadar pemakaman, tetapi juga sarana menghubungkan arwah leluhur dengan keluarga yang ditinggalkan. Sementara di Jawa, tradisi nyekar atau berziarah ke makam leluhur masih rutin dilakukan menjelang bulan puasa atau hari raya.
4. Kepercayaan terhadap Hari Baik dan Buruk
Dalam kehidupan tradisional, masyarakat percaya bahwa ada hari-hari tertentu yang dianggap membawa keberuntungan atau kesialan. Pemilihan hari baik biasanya dilakukan untuk pernikahan, pindah rumah, atau memulai usaha.
Di Jawa, perhitungan hari baik ini dikenal dengan Primbon Jawa, sementara di Bali, masyarakat menggunakan kalender pawukon dan sasih untuk menentukan waktu yang tepat. Meski sudah hidup di era modern, masih banyak orang yang menyesuaikan acara penting mereka dengan perhitungan hari baik.
5. Kepercayaan pada Penunggu Tempat Keramat
Banyak lokasi di Nusantara dianggap keramat karena dipercaya dihuni makhluk gaib. Misalnya hutan, gunung, gua, atau laut. Laut Selatan dengan mitos Nyai Roro Kidul adalah contoh paling terkenal.
Kepercayaan ini membuat masyarakat sering mengadakan ritual khusus untuk meminta izin atau restu sebelum memasuki tempat tersebut. Misalnya nelayan yang melempar sesaji ke laut sebelum melaut, atau pendaki yang membawa persembahan kecil saat naik gunung.
6. Kesaktian dan Ilmu Gaib
Kepercayaan akan kesaktian juga menjadi bagian penting dari budaya Nusantara. Banyak tokoh sejarah maupun legenda yang dipercaya memiliki ilmu gaib, seperti kemampuan kebal senjata, berjalan di atas air, atau menghilang.
Hingga kini, praktik mencari ilmu gaib atau kesaktian masih ada. Sebagian orang mendatangi dukun, kyai, atau paranormal untuk meminta amalan atau jimat. Meski sering dipandang kontroversial, fenomena ini membuktikan bahwa kepercayaan terhadap kekuatan gaib masih kuat dalam masyarakat.
7. Ritual Tolak Bala
Kepercayaan kuno juga melahirkan berbagai bentuk ritual untuk menolak bala atau sial. Ritual ini biasanya dilakukan ketika ada wabah penyakit, bencana, atau peristiwa buruk yang menimpa suatu daerah.
Di Jawa, ada tradisi ruwatan untuk membersihkan seseorang dari nasib buruk. Di Bali, upacara Caru dilakukan untuk menyeimbangkan energi alam agar terhindar dari marabahaya. Bahkan di beberapa daerah, ritual tolak bala dilakukan secara massal, misalnya dengan arak-arakan atau doa bersama.
Penutup
Tujuh kepercayaan kuno Nusantara ini menunjukkan bahwa keyakinan terhadap roh, energi gaib, dan leluhur masih hidup di tengah masyarakat modern. Meski kadang dianggap takhayul, sebenarnya kepercayaan-kepercayaan ini adalah bentuk kearifan lokal yang menjaga harmoni antara manusia dan alam.
Tradisi seperti memberi sesaji, memilih hari baik, atau menghormati tempat keramat tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga menjadi pengingat akan hubungan spiritual yang kuat dalam kehidupan orang Nusantara.
Dari ketujuh kepercayaan ini, mana yang masih sering kamu jumpai di daerahmu?